Rabu, 27 November 2013

Perlukah Pemerintah Membuat Aturan untuk Para Gamers?




Tulisan ini hanyalah sedikit curahan dari hati yang paling dalam. 

Apa itu game?pertanyaan ini jelas bisa dijawab oleh semua orang. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, siapa yang tidak kenal dengan game. Game merupakan fenomena tersendiri di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Game telah merambah di semua lapisan masyarakat, tidak memandang usia, status sosial, maupun ekonomi, semua pasti pernah memainkannya bahkan di beberapa artikel yang pernah kubaca Indonesia merupakan pasar  game online yang paling potensial se Asia Tenggara. Tapi yang akan kutulis disini adalah game secara keseluruhan, entah itu game online, PC, game besar maupun kecil dan aku akan bersikap netral, karena aku bukanlah pecinta game dan aku juga bukan pembenci game, aku pun punya game favorit seperti counter strike, NFS Underground dan Most Wanted.
 Kita tahu semakin hari semakin gila saja para gamers merajalela di negeri ini, dan rata-rata adalah usia Sekolah dasar sampai anak-anak SMA. Bagi yang dirumah tidak ada fasilitas bermain game, mereka akan pergi ke warnet yang menyediakan berbagai layanan game online, apalagi warnet-warnet jaman sekarang sudah merambah sampai ke desa-desa. Lalu salahkah para pelajar yang suka bermain game? Menurutku tidak karena pelajar juga manusia, mereka butuh istirahat setelah seharian menerima berbagai macam pelajaran yang ada di sekolah. Ditambah lagi dengan system pendidikan yang kurang mendukung dan kurang bisa menggali potensi diri para siswa. Saking banyaknya para remaja yang gila bermain game, akupun jadi malas untuk pergi ke warnet, jika suatu ketika aku membutuhkan koneksi internet yang bagus (maklum koneksi internet di rumah sedikit lola) aku harus memilih waktu yang tepat agar tidak berbarengan dengan kepulangan para pelajar, kenapa? Karena akan berisik sekali bersamaan dengan pelajar apalagi pelajar SD,bisa-bisa apa yang aku butuhkan tidak bisa selesai.
Tidak usah panjang lebar, game memang memiliki dampak positif dan juga negative, diantara dampak positifnya adalah terhibur, melatih motorik halus, meningkatkan konsentrasi , peka terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan dampak negatifnya diantaranya kecanduan, menimbulkan perilaku agresif mudah marah, berbohong, menimbulkan ketegangan syaraf. Yang menjadi masalah disini adalah begitu banyaknya  para pelajar yang tidak bisa mengontrol keinginan bermain game mereka, sehingga dampak positif dari bermain game pun  tidak bisa dirasakan lagi. Bahkan ada sebagian lagi yang sama sekali tidak memikirkan bagaimana masa depannya kelak, mereka tidak pernah meluangkan waktu untuk belajar, bahkan ada yang sampai lupa beribadah gara-gara bermain game. Kondisi seperti ini tentu membuat orang tua pusing, saya sendiri sebagai kakak juga mengalaminya.  Semua artikel tentang bagaimana mengatasi anak yang kecanduan game telah dicoba, tapi tetap saja belum ada hasilnya. Pernah suatu ketika saya mendapatkan sebuah artikel bahwa Korea Selatan akan memberikan aturan tentang pembatasan waktu bagi para gamers, kemudian Vietnam akan melakukan penutupan situs game online, lalu kira-kira perlukah Negara kita tercinta juga membuat aturan untuk para gamers? Sepertinya memang perlu, mengingat generasi muda sekarang ini banyak yang telah menjadi pecandu game. Mungkin tidak harus menutup tapi hanya sebatas mengatur jam bermain game, dan memperbanyak game-game yang bersifat edukatif serta membatasi game-game yang bersifat kekerasan,memang hal ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, tidak hanya sebatas pengawasan dari orang  tua, tapi juga pihak sekolah, lingkungan masyarakat, pihak warnet, dan pemerintah dalam mengatasi masalah ini. Jangan sampai hal ini dianggap sepele sehingga menjadikan generasi muda di Indonesia menjadi generasi yang dibayang-bayangi imajinasi semata.